Di zaman sekarang kita dihadapkan pada banyaknya jenis dan macam pekerjaan. Pekerjaan atau mata pencarian seseorang kian bertambah banyak sesuai dengan bertambahnya penduduk dan semakin khususnya keahlian seseorang.
Namun sebenarnya pada asalnya hanya ada tiga profesionon sebagaimana disebutkan oleh Imam Al-Mawardi. Dia berkata: “Pokok mata pencarian tersebut adalah bercucuk tanam (pertanian), perdagangan dan pembuatan suatu barang (industri)”.
Para ulama berselisih tentang manakah yang paling baik dari ketiga profesion tersebut. Madzhab As-Syafi’i berpendapat bahwa pertanian adalah yang paling baik. Sedangkan Imam Al-Mawardi dan Imam An-Nawawi berpendapat bercucuk tanam lah yang paling baik kerana beberapa alasan:
Pertama: Bercucuk tanam adalah merupakan hasil usaha tangan sendiri. Dalam Shohih Al-Bukhori dari Miqdam bin Ma’dikariba rodhiyAllahu’anhu dari Nabi shollAllahu ‘alaihi wa sallam, Beliau bersabda:
مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا قَطُّ خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ وَأَنَّ نَبِىَ اللهِ دَاوُدَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَأْكُلُ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ
“Tidaklah seorang memakan makanan yang lebih baik dari orang yang memakan dari hasil usaha tangannya, dan adalah Nabi Dawud ‘alaihi salam makan dari hasil tangannya sendiri”.
Dan yang benar adalah apa yang di-nash-kan oleh Rasulullah s.a.w iaitu hasil tangannya sendiri. Maka bercucuk tanam adalah profesion terbaik dan paling utama kerana merupakan hasil pekerjaan tangan sendiri.
Kedua: Bercucuk tanam memberikan manfaat yang umum bagi kaum muslimin bahkan binatang. Kerana secara adat manusia dan binatang haruslah makan, dan makanan tersebut tidaklah diperoleh melainkan dari hasil tanaman dan tumbuhan.
Dan telah shohih dari Jabir rodhiyAllahu ‘anhu dia berkata: telah bersabda Rasulullah s.a.w:
مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَغْرِسُ غَرْسًا إِلاَّ كَانَ مَا أُكِلَ مِنْهُ لَهُ صَدَقَةً وَ مَا سُرِقَ مِنْهُ لَهُ صَدَقَةً وَ مَا أَكَلَتِ الطَّيْرُ فَهُوَ لَهُ صَدَقَةً وَ لاَ يَرْزَؤُهُ أَحَدٌ إِلاَّ كَانَ لَهُ صَدَقَةً
“Tidaklah seorang muslim menanam tanaman melainkan apa yang dimakan dari tanaman tersebut bagi penanamnya menjadi sedekah, apa yang dicuri dari tanamannya tersebut bagi penanamnya menjadi sedekah, dan tidaklah seseorang merampas tanamannya melainkan bagi penanamnya menjadi sedekah”. (Hadits Riwayat Imam Muslim dalam kitab Shohih-nya)
Dalam riwayat Imam Muslim yang lain disebutkan
فَلاَ يَغْرِسُ الْمُسْلِمُ غَرْسًا فَيَأْكُلُ مِنْهُ إِنْسَانٌ وَلاَ دَابَّةٌ وَلاَ طَيْرٌ إِلاَّ كَانَ لَهُ صَدَقَةً إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ
“Tidaklah seorang muslim menanam tanaman kemudian memakan tanaman itu manusia, binatang, dan burung melainkan bagi penanamnya menjadi sedekah hingga hari kiamat”.
Dalam riwayat yang lainnya disebutkan:
لاَ يَغْرِسُ مُسْلِمٌ غَرْسًا وَلاَ يَزْرَعُ زَرْعًا فَيَأْكُلُ مِنْهُ اِنْسَانٌ وَلاَ دَابَّةٌ وَلاَ شَيْءٌ إِلاَّ كَانَ لَهُ صَدَقَةً
“Tidaklah seorang muslim menanam tanaman dan pohon kemudian dimakan oleh manusia, hewan atau pun oleh sesuatu melainkan bagi penanamnya menjadi sedekah” (Hadits riwayat Imam Bukhori dan Muslim dari sahabat Anas bin Malik)
Ketiga: bercucuk tanam lebih dekat dengan tawakkal. Ketika seseorang menanam tanaman maka sesungguhnya dia tidaklah berkuasa atas sebiji benih yang dia semaikan untuk tumbuh, dia juga tidak berkuasa untuk menumbuhkan dan mengembangkan menjadi tanaman, tidak lah dia berkuasa membungakan dan membuahkan tanaman tersebut. Tumbuhnya biji, pertumbuhan tanaman, munculnya bunga dan buah, pematangan hasil tanaman semua berada pada kekuasaan Allah. Dari sinilah nampak nilai tawakkal dari seorang yang bercucuk tanam.
Sedangkan Abu Yahya Zakariya Al-Anshori As-Syafii menambahkan: “Seutama-utama mata pencarian adalah bercucuk tanam kerana lebih dekat dengan sikap tawakkal, bercucuk tanam juga memberikan manfaat yang umum bagi semua makhluk, dan secara umum manusia butuh pada hasil pertanian. Berkata Az-Zarkasyi, bahwa semua orang memperhatikan makanan kerana tidak ada yang tidak butuh kepada hasil bercucuk tanam (makan) dan tidaklah kehidupan tegak tanpa adanya makanan.
nice entry =)
ReplyDelete